menulis dengan jernih

2.09.2020

SALAM ALA KUCING

Aneh juga. Masak kucing bisa mengucap salam? Tetapi begitulah adanya. Kucing juga makhluk yang punya rasa sosial. Jika terlihat pendatang baru, mereka saling uluk salam. Kulunuwum sek!


Suatu waktu. Saya mendapati seekor kucing warna hitam mulus dikeluarmasukkan anak-anak ke dalam bak air. Kucing itu basah kuyup. Kayak tinggal tulang. Tiap hari saya melihatnya selalu dibuat mainan anak-anak.

Karena kasihan saya membawanya pulang. Niatnya cuma membantunya hidup. Jika sudah besar saya berniat melepaskan ke alam bebas. Saya bukan pecinta kucing, tapi
terkadang muncul rasa kasihan juga. Usianya kurang lebih dua bulanan.

Satu bulan saya biarkan dia di dalam rumah. Setelah itu, baru saya bebaskan keluar dan bermain apa saja. Sengaja saya buat begitu. Satu bulan agar dia mengenal tempat tidur, makan, buang kotoran dan kenal orang yang mengasuhnya.

Sengaja juga saya lepaskan. Dia harus kenal dunia kekucingannya sendiri. Di luar dia bisa belajar ilmu kekucingan dari sesama kucing. Gimana cara bertahan hidup tanpa makanan. Cara bergaul dan cara bersopan-santun sesama kucing.

Begitulah. Kadang dia bisa seharian di luar. Malam baru pulang. Kadang sehari-semalam dia belum kembali juga. Dia gembira karena di depan rumah ada tiga ekor kucing yang sebaya dengannya.

Pernah saya pulang kampung selama empat hari. Khawatir juga sebenarnya. Tapi saya pikir dia sudah cukup melalui berbagai pelatihan. Betul saja. Ketika kembali, dia langsung berlari cepat begitu melihat motor saya lewat. Hebat. Ditinggal empat hari dia tetap segar bugar. Malah tambah gesit.

Salam Ala Kucing

Di usia 4 bulan, saat saya lepas bebas bermain di mana pun, ada kejadian aneh. Di depan rumah, sejumlah kucing menghampirinya. Mereka menyorongkan mulutnya seperti mengendus-endus. Ada yang langsung pergi begitu saja. Ada juga yang mengeluarkan suara seperti geremengan. Seperti suara mengaum ala kucing.

Ada juga yang ekstrem. Sehabis mengendus mulut, kaki depannya langsung terangkat. Melayang ke arah wajah kucing hitam. Dan, plakk. Wow, ternyata kucing itu rupanya menampar. Busyet. Sepertinya si kucing merasa kucing hitam tidak punya rasa sopan santun. Datang ke wilayah baru kok tidak sowan-sowan dulu sama yang embaurekso!

Itu membuat saya tertarik. Saya biarkan saja. Dia harus belajar mandiri. Harus paham dunia gaul perkucingan. Sekiranya keterlaluan, saya baru turun tangan seperlunya.

Beberapa kali menyimak fenomena itu, saya jadi manggut-manggut. Rupa-rupanya seperti itulah cara kucing memberi salam jika muncul pendatang baru.

Share:

Terbaru

Terbaru

Unordered List

Pages

Sample Text

Theme Support