menulis dengan jernih

2.09.2020

Kucing Kota

Si hitam, sejak menginjak usia remaja tampak mulai kurang betah berlama-lama di rumah. Ia lebih senang berkelana di luar. Mula-mula sehari, dua hari hingga tiga hari tidak pulang-pulang. Begitu usia dewasa, bisa empat hari baru pulang. Namun belakangan ini dia jadi aneh. Ia tampak lelah dan pesimis. Mulai malas berkelana.

Sering bola matanya menatap saya. Seakan ingin bertutur galau. Tentang betapa beratnya bertahan dan berjuang hidup di luaran. Si hitam sudah pernah ada luka di kaki dan punggungnya. Entah apa sebabnya. Boleh jadi dipukul orang, bisa jadi juga sebab jatuh, karena ia mulai hobi manjat pohon atau naik ke atap-atap rumah warga kampung. Bahkan, pernah sekali waktu ia nongol di depan pintu. Seekor burung kecil tercengkram di mulutnya. Beh, busyet dah. Bikin kaget saja.

Si hitam memang saya latih hidup mandiri di mana pun. Bukan apa-apa, saya bukanlah pecinta kucing. Namun terkadang nggak tega juga jika ada anak kucing sendirian, diusilin anak kecil, dan kebingungan di jalan. Jadi sejak awal memang hanya berniat mengantarkan si kucing sampai ia bisa cari makan sendiri.

Entah, apa ada perbedaan kehidupan antara masa remaja kucing dan masa dewasanya. Tetapi yang saya amati, kucing remaja sepertinya cenderung disukai orang. Buktinya si hitam waktu remajanya sering digendong-gendong orang. Ketika sudah dewasa, si hitam tampak perubahan.

Jadi, sekarang kalau sudah kedengaran suara motor saya, cepat-cepat ia bergegas menghampiri. Saya biarkan saja dia tidur-tiduran di ruang tamu. Sesekali dia ke dapur mencari minum. Kebetulan kotak minumnya selalu saya isi. Meskipun sudah dikasih makan, ia biasanya langsung ngibrit entah kemana, kali ini ia memilih leyeh-leyeh depan pintu.

Kucing kota sepertinya memang penuh dilema. Tikus sebagai mangsa utamanya, namun nyatanya sulit untuk menemukan kucing kota yang memburu tikus kemudian dilahapnya. Kalau pun ada tikus berkeliaran, mereka hanya melirik saja sekilas. Selebihnya, ia cuek bebek saja. Para kucing kota setahu saya mencari makan di bak-bak sampah. Anehnya, khusus di kampung saya berdiam, semua kucing terlihat sehat, rapi dan bersih bulu-bulunya.


Kucing-kucing yang tampak berantakan justru yang berkeliaran di pasar-pasar. Bulu-bulunya kumuh dan kotor. Tentu, keberadaan mereka memprihatinkan. Namun begitu, tiap-tiap makhluk memiliki takdir dan keunikan hidupnya masing-masing. Kita tidak bisa mengharap semua orang memberikannya perhatian. Sama seperti saya, hanya sekedar menjadi perantara kecil untuk membantu mereka belajar memperjuangkan takdir kehidupannya.
Share:

Terbaru

Terbaru

Unordered List

Pages

Sample Text

Theme Support